rss

WAKTU

Pelatihan PMIS & FMIS

Pelatihan PMIS & FMIS

Alumni Mambaul Ulum Banjarejo

http://www.facebook.com/platform

10.11.2009

Para Pemburu Ijazah

Sekalipun bersekolah itu pada hakekatnya adalah untuk mencari ilmu, tetapi pada kenyataannya ada saja orang bersekolah hanya untuk mendapatkan ijazah. Bahkan kemudian muncul semboyan, ijazah dulu, ilmu kemudian. Sementara orang menganggap ijazah sedemikian penting, melebihi posisi ilmu yang seharusnya diutamakan.


Gejala mementingkan ijazah, dan sebaliknya mengabaikan ilmu, rupanya sudah menjadi fenomena umum. Akibatnya sekolah hanya menjadi sesuatu yang harus dijalani atau diikuti. Semua diukur dengan waktu. Sekian jam guru harus mengajar, dan demikian pula sekian lama murid atau mahasiswa harus mengikuti pelajaran. Atau, sekian lama guru atau dosen harus memberi kuliah, dan sekian prosen pula murid atau mahasiswa harus mengikuti kegiatan guru itu.

Akibatnya, keberhasilan sekolah sebatas hanya dilihat dari berapa lama siswa atau mahasiswa mengikuti, bukan berapa banyak mendapatkannya. Bagi sementara murid yang dipentingkan adalah telah mengikuti, bukan berharap seberapa banyak harus mendapatkannya. Padahal mengikuti lain dengan mendapatkan. Bisa jadi orang mengikuti kegiatan belajar mengajar, tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari kegiatannya itu. Itulah pendidikan yang kebanyakan sekarang ini berjalan.

Dalam pendidikan semestinya terjadi hubungan yang erat antara guru dan murid. Dalam hubungan pendidikan seharusnya ada suasana saling mengenal, tanggung jawab, motivasi, integritas terhadap ilmu, dan bahkan ada suasana hubungan kasih sayang antara guru dan murid. Hubungan ideal pendidikan seperti itu, ternyata semakin berubah, berganti menjadi hubungan yang bersifat transaksional, karena bersekolah hanya mengejar ijazah itu.

Lembaga pendidikan yang diwarnai oleh hubungan-hubungan transaksional, maka yang terjadi kemudian adalah kesepakatan-kesepakatan kosong yang saling menguntungkan tetapi bersifat semu. Pertemuan antara siswa dan guru atau mahasiswa dengan dosen didasarkan atas transaksi-transaksi yang telah disepakati, termasuk berapa harga yang harus dibayar. Seorang mahasiswa dibolehkan ujian jika telah mengikuti sekian kali kuliah dan juga melunasi SPP. Hubungan di sekolah, antara guru dan murid persis seperti hubungan penjual dan pembeli di pasar atau di mall.

Lembaga pendidikan formal kebanyakan sudah seperti itu. Apa saja dijalankan secara formal dan transaksional. Bersekolah hanya mengejar hasil yang bersifat formal, yaitu ijazah atau sertifikat. Lembaga pendidikan yang masih bertahan, yakni lebih berorientasi pada substansi atau esensi pendidikan, justru di kalangan pendidikan tradisional, misalnya pesantren salaf. Hubungan antara kyai dan santri bertahan, masih didasarkan atas suasana kasih sayang, tanggung jawab, integritas, dan bahkan juga nilai-nilai transcendental. Di kalangan pesantren dikembangkan beberapa konsep seperti : tawadhu’, tho’ at, ridho, barokah, khurmah, dan lain-lain.

Hal yang berlaku di lembaga pendidikan pesantren salaf, seorang santri harus thoát dan tawadhu’kepada kyai agar mendapatkan ridho, sehingga ilmu yang diperoleh membawa manfaat. Di sana ada istilah ilmu yang bermanfaat. Belajar di pesantren, para santri tidak saja berusaha mendapatkan sembarang ilmu, tetapi adalah ilmu yang memberi manfaat bagi hidupnya. Agar tujuan itu berhasil diraih, maka santri harus berusaha mendapatkan ridho dan berkah dari kyai. Sehingga terasa sekali, bahwa suasana transcendent selalu mewarnai bagi siapapun yang mencari dan atau memberikan ilmu pengetahuan di pesantren.

Hal yang perlu dipahami bahwa pendidikan di pesantren dimaksudkan adalah untuk membangun watak, kharakter, perilaku atau akhlak. Ilmu dianggap tidak akan memberi manfaat jika tidak mampu mengubah atau membentuk perilaku. Belajar di pesantren bukan berharap mendapatkan ijazah, melainkan dimaksudkan untuk mengejar ilmu, kecuali adalah pesantren yang telah membuka sekolah formal.

Bahkan ada sementara pesantren yang menganggap bahwa dengan mengikutkan para siswanya ujian persamaan, mendapatkan ijazah, dan sejenisnya, menjadikan para santri atau siswa hanya mengejar surat keterangan tanda lulus. Oleh karena itu ijazah atau surat keterangan, sekalipun sudah dinyatakan lulus, baru bisa diterima setelah para siswa melakukan kegiatan pengabdian selama waktu yang ditentukan. Kebijakan seperti ini dilakukan agar para siswa ketika belajar benar-benar termotivasi untuk mendapatkan ilmu, dan bukan sebatas mengejar ijazah.

Berbeda jauh dengan apa yang dilakukan oleh pesantren, adalah justru kebanyakan sekolah formal atau sekolah umum. Lembaga pendidikan formal, semua aspek dijalankan atas dasar standard tertentu. Namun ternyata tidak semua berhasil meraih kualitas yang diharapkan. Dengan orientasi seperti itu, justru pendidikan banyak dimanipulasi. Ijazah dan gelar didapat tetapi ilmunya belum dikuasai. Anehnya, pemegang ijazah seperti ini juga merasa puas. Padahal seharusnya sudah semakin disadari, bahwa lulusan seperti itu, ------sebatas meraih ijazah dan gelar, tidak akan bermanfaat baik bagi dirinya, apalagi untuk membangun bangsa ini. Wallahu a’lam.

Baca selengkapnya »»»»

10.03.2009

LOMBA JURNALISTIK

Mengapa Islam diseru dari mekkah, koq gak dari Indonesia atau dari Amerika, negara yang lain?




coba kirimkan artikel anda ke email yaspinmu@gmail.com
semoga artikel anda bermanfaat bagi orang lain, khususnya bagi siswa-siswi mambaul ulum banjarejo pagelaran malang.
bravo Masamuba perss.

Baca selengkapnya »»»»

10.02.2009

Nurdin M TOP Melarang Anaknya Pakai Jilbab

Nama Nurdin M Top jadi terkenal setelah beberapa kasus bom ia dituduh sebagai pelakunya.

Namun, Nurdin M TOP ini bukanlah seorang yang dituduhkan itu. Nama ini adalah kependekan dari Nurdin Memang Tua Ompong Peot (Nurdin M TOP). Usianya sekitar 65 tahun, giginya ompong dan pipinya peot.

Nurdin M TOP ini dikenal sebagai seorang kyai di kampungnya. Ia orang yang dikenal kokoh berpegang teguh pada ajaran agama, luwes bergaul, berhasil mendidik anaknya dan menjadi suri tauladan bagi orang-orang di kampung itu. Ia memiliki 4 orang anak, yang sulung sudah bekerja di Islamic Development Bank. Anak kedua baru saja di terima di BRI Syariah. Anak ketiga baru lulus SMA dan yang bungsu baru kelas 2 SMP.

Suatu hari, si bungsu datang kepada sang bapak, “Pak saya sudah akil baliq (remaja bukan anak-anak lagi-red) boleh ya saya pakai jilbab?” “Tidak boleh anakku”, jawab Nurdin M TOP. Sang anak sedih, heran, dan bergumam di dalam hati “mengapa ya saya tidak boleh pakai jilbab, orang tua saya khan orang soleh tetapi koq melarang saya pakai jilbab ya.”

Keesokan harinya sang anak datang lagi kepada sang bapak untuk meminta izin namun gagal lagi. Karena selama satu minggu berturut-turut si bungsu terus meminta akhirnya Nurdin M TOP marah dan emosi, dengan suara yang lantang dia membentak anaknya dan berteriak, “Bambang sudah saya bilang berulang kali, anak laki-laki itu tidak boleh pakai jilbab!”

Baca selengkapnya »»»»

10.01.2009

PROFIL KETUA OSIS PERIODE 2009/2010




Beliau bernama Bukhori thok, lahir di malang 05 Oktober 1992. Beliau alumni MTs Mambaul Ulum, dan sekarang masih kelas XI IPS di yayasan Pendidikan Islam Mambaul Ulum Banjarejo Pagelaran Malang. Siswa yang adem dan kalem ini pernah juga menjadi pembina pramuka di MI dan tahun kemarin dia menjadi anggota panitia perkemahan di kecamatan Pagelaran Malang.
Selain sekolah berliau juga humoris, tak ayal semua temennya sering marah-marah karena menjadi korban humorisnya. Ternyata beliau ini tergolong JODI alias Jomblo di tinggal mati, ama siapa ya? Kalau kgak salah sama mak lampir kali. hahahaha....
Bukhori yang keseharian di panggil UJ ini sering mengudara alias on air bersama MASAMUBA FM. Selain pramuka hobbynya adalah bermain sepak bola alias qurrotul qodam, sayang karirnya hanya sebatas liga kampung, beliau hampir saja masuk skuad arema sayang, ketika mau tes medis ternyata disiram sama air sama ayahnya. oh ternyata lagi bermimpi rupanya.
semoga sukses OSIS MA mambaul Ulum ketika di pegangnya selama satu tahun kedepan.
Allahumma Amien..

Baca selengkapnya »»»»

9.29.2009

LDK Pramuka

Pramuka di MTs mambaul ulum, pada bulan agustus kemarin dalam rangka hari jadi pramuka Indonesia. MTs Mambaul Ulum ikut berpartisipasi dalam event yang diselenggarakan oleh Kwarcab pagelaran malang, telah menorehkan beberapa prestasi. Diantaranya adalah juara I lomba memasak kategori cowok, serta juara ketiga dalam lomba joget bervariasi, hasil karya siswa tersebut merupakan pelestarian budaya bangsa khususnya budaya jawa dengan back song nya prahu layar, dengan dandanan ala pramuka, yang berlabelkan jawa.

akhirnya usaha mereka berbuah hasil dengan ditambahnya pila juara harapan I tingkat kecamatan pagelaran malang.

Selamat dan sukses atas kontingen Pramuka MTs. Mambaul Ulum Banjarejo Pagelaran Malang.

Baca selengkapnya »»»»

9.28.2009

MEMBANGUN BANGSA BERMENTAL GURU

Satu hal yang sudah waktunya mulai dikembangkan dalam rangka membangun bangsa adalah menumbuhkan mental percaya diri, sikap optimisme, dan juga bahkan bermental guru. Selama ini saya melihat masih dibiarkan tumbuh-kembangnya mental rendah diri yang berlebihan. Melalui Departemen Agama, -----entah sengaja atau tidak, selama ini masih juga diambil kebijakan yang justru melestarikan tumbuh-kembangnya mental rendah diri itu.

Pada setiap tahun Departemen Agama menyeleksi anak-anak bangsa ini agar belajar agama ke Negara-negara Timur Tengah. Kebijakan itu dilakukan dengan bangganya, bahkan juga dibiayai melalui anggaran negara. Biasanya dari sejumlah besar jumlah mereka yang mengikuti seleksi, hanya sebagian kecil saja yang lulus. Demikian bangganya bagi mereka yang lolos dan kemudian dikirim ke luar negeri.

Melalui pengiriman calon mahasiswa ke luar negeri tersebut, disadari atau tidak, akan menumbuhkan pandangan bahwa seolah-olah bangsa ini masih berkekurangan lembaga pendidikan agama yang berkualitas. Padahal di negeri ini tidak kurang dari 52 buah perguruan tinggi agama Islam yang berstatus negeri. Jumlah itu belum termasuk ratusan buah perguruan tinggi agama Islam swasta. Selain itu, di negeri ini sudah kaya ulama, cendekiawan, ilmuwan agama yang sesungguhnnya tidak boleh diragukan lagi kualitasnya.

Anehnya, banyak pihak merasa bangga dengan kebijakan itu. Padahal sesungguhnya justru dengan cara itu secara langsung akan menumbuh-kembangkan mental rendah diri secara terus menerus tanpa henti. Dengan kebijakan itu seolah-olah bangsa ini belum mampu mengembangkan pemikiran agama Islam secara memadai. Padahal dalam kenyataannya justru bangsa yang memiliki penduduk terbesar pemeluk Islam ini mampu mengembangkan pemikiran ke-Islaman yang lebih rasional, utuh, menyeluruh, dan terbuka bagi semua, sehingga berhasil menampakkan Islam yang damai dan dapat diterima oleh kalangan luas.

Cara pandang ini bukan bermaksud mengecilkan arti para sarjana yang telah lulus dari luar negeri selama ini, tetapi ingin mengajak berpikir ulang, sedemikian sulitkah agama Islam itu dipahami sehingga bangsa ini tetap memposisikan diri sebagai murid secara terus menerus. Setidaknya saya memiliki dua informasi yang saya anggap penting untuk menunjukkan bahwa bangsa ini sesungguhnya sudah tidak ketinggalan dalam membangun kualitas pemikiran agama Islam.

Informasi yang saya maksudkan itu, ialah pertama, beberapa bulan yang lalu, tatkala diadakan seleksi penerimaan calon dosen Bahasa Arab di UIN Maliki Malang, saya menghimbau agar dilakukan lebih obyektif, artinya jangan memprioritaskan lulusan sendiri. Dengan cara itu, saya ingin agar para tenaga pengajar nantinya, selain berasal dari lulusan kampus sendiri juga dari lulusan beberapa Negara. Namun, setelah selesai dilakukan seleksi secara obyektif, ternyata lulusan UIN Maliki meraih nilai yang justru lebih unggul dari beberapa calon dosen dari lulusan luar negeri. Sehingga, untuk mengikuti himbauan saya tersebut, justru harus mengambil lulusannya sendiri. Karena nilai hasil test mereka lebih unggul.

Kedua, saya mendapatkan informasi langsung dari beberapa dosen bantuan Negara Sudan yang mengajar di UIN Maliki Malang, bahwa ternyata para mahasiswa yang diajarnya memiliki kemampuan akademik yang cukup unggul. Telah beberapa kali mereka menunjukkan sikap kekagumannya terhadap kemampuan analisis mahasiswa Indonesia. Saya menangkap bahwa, apa yang diungkap oleh dosen bantuan dari pemerintah Sudan tersebut bukan sebatas basa-basi. Sebab tatkala mereka berlibur pulang ke negerinya juga mengaku akan membawa naskah tesis mahasiswa UIN Maliki yang dinilai berkualitas tinggi tersebut.

Sekalipun data tersebut masih terbatas jumlahnya, tetapi saya mengajak kepada semua pihak untuk melihat secara obyektif kenyataan-kenyataan seperti itu. Sehingga, tidak terlalu salah kalau kita katakan bahwa bangsa ini sesungguhnya sudah memiliki kelebihan. Pada saat sekarang ini kita sudah waktunya mengubah posisi, dari sebatas selalu bangga menjadi murid untuk mengubah diri berstatus menjadi guru. Bangsa yang hanya bermental sebagai murid ini harus segera diubah menjadi bermental sebagai guru.

Sekalipun banyak orang berbangga tatkala melepas putra-putrinya pergi ke luar negeri belajar agama, saya justru sebaliknya sangat sedih. Kesedihan itu bertambah mendalam, ketika pelepasan itu justru dilakukan oleh para pejabat, ---------termasuk pejabat Departemen Agama sekalipun. Pengiriman calon mahasiswa ke luar negeri, untuk bidang kajian agama, mungkin masih bisa ditoleransi, namun khusus hanya bagi program Doktor. Tetapi sebatas mereka yang mengambil program S1 atau S2, dianjurkan mengambil di dalam negeri saja. Sebatas belajar agama, mengapa harus berbondong-bondong ke luar negeri. Bukankah di Indonesia ini justru telah berhasil membangun kerangka pengetahuan agama Islam yang lebih komprehensif, terpadu, dan utuh. Selain itu, Indonesia sesungguhnya sudah sangat kaya ulama’, cendekiawan, pemikir atau ilmuawan Islam. Prestasi ini semestinya justru harus disebarkan ke berbagai negara, termasuk Negara Islam lainnya di dunia ini.

Sebagai upaya untuk mewujudkan pemikiran tersebut, -------agar bangsa ini segera menjadi guru dan sekaligus sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan, saya sudah memulai memprogramkan untuk memberi beasiswa kepada para calon mahasiswa dari luar negeri. Saya selaku pimpinan UIN Maliki Malang memberikan beasiswa, khusus kepada calon mahasiswa yang berasal dari luar negeri setidak-tidaknya sejumlah 25 orang per tahun. Bahkan selain itu, juga telah ada pihak-pihak yang sanggup memberikan beasiswa serupa. Pemberi beasiswa ini, akan mengirim sedikitnya 30 orang calon mahasiswa pada tahun akademik mendatang, untuk belajar ke UIN Maliki Malang. Mereka itu berasal dari Sudan sebanyak 10 orang, Yaman sebanyak 10 orang, Siria 5 orang dan dari Palestina sebanyak 5 orang.

Cara seperti ini, jika dikembangkan lebih lanjut akan memperkenalkan kepada dunia internasional, bahwa bangsa Indonesia sesungguhnya sudah layak menjadi tujuan belajar bagi calon mahasiswa dari negeri manapun, dan bukan hanya berposisi sebagai murid secara terus menerus. Strategi ini penting untuk membangun mental bangsa, yakni dalam bidang tertentu sudah waktunya berposisi sebagai guru. Selain itu juga sekaligus menunjukkan pada dunia luar, bahwa bangsa ini telah berhasil membangun pemikiran Islam yang lebih luas, maju, komprehensif, sehingga berhasil membangun kehidupan sebagai muslim yang penuh dengan kedamaian. Wallahu a’lam.

Baca selengkapnya »»»»

Komunitas Masamuba

masamuba community

masamuba community
Hidup Sukses dan Hidup Mulia

MUTIARA RELIGI

Pengikut

Posting Anyar

 

buku tamu

ASMAUL HUSNA